Kamis, 15 Juli 2010

Ode Para Semut



Di kehidupan para semut
Tak satu pun yang tak ikhtiar
Tak satu pun yang tak menyapa
Dan tak satu pun yang tak bergiat
Semut bergerak cepat

Ini jalan berliku
Bernama jalan gotong royong
Kami susuri bersama
Kami kerahkan segenap daya
Sambil sesekali menyengat
Musuh pemutus jalan kami

Ini kami, para semut
Makhluk kecil sering tak kau lihat
Kadang kami terinjak
Di negeri para raksasa
Namun kami terus melangkah
Mengangkat beban bersama

Tak ada yang melemahkan kami
Kami terus berjalan
Mencari rezeki ke mana saja
Tak pernah bermusuhan
Bergandengan selamanya
Sampai kami mati

Kami semut-semut ramah
Hidup dengan tubuh teramat kecil
Belajarlah dari kebersamaan
Dan kebesaran jiwa kami

(Oleh: Abdurahman Faiz)

Kamis, 17 Juni 2010

Ikhwan.. Oh.. Ikhwan


Oh.. Ikhwan
Apa bedanya dengan Si Marwan
Si Ali, Paijo atau Si Iwan...
Oh ternyata Cuma beda sebutan

Oh.. Ikhwan
Walaupun tidak terlalu rupawan
Alias modal tampang pas-pasan
Tetep aja tebar senyuman

Oh.. Ikhwan
Gayanya sih bisa ketebak dan ketahuan
Jenggot melambai, baju koko & mata kaki keliatan
Kalo ngomong pake ane, antum, afwan-afwan

Oh.. Ikhwan
Sudah banyak yang bertebaran
Ada di masjid, kampus bahkan perkantoran
Sering kali ada yang getol nyari penghasilan
Ngga taunya nyari modal buat walimahan

Oh.. Ikhwan
Kalo lagi aksi, semangatnya nggak diragukan
Pekikan takbir selalu di kumandangkan
Ngomong2… kamar dikosan kok berantakan?
(Aduh.. pulang jangan lupa diberesin Wan!)

Oh.. Ikhwan
Sepekan sekali ikut kajian
Hujan dan badai nggak jadi halangan
Juga ngga ketinggalan tiap acara kepartaian
(Tapi.. cuci dulu tuh baju rendeman..!)

Oh.. Ikhwan
Pagi-pagi jarang sarapan
Alesannya males masak atau belum dapet kiriman
Akhirnya kena sakit magh sama panuan
( Kok yang terakhir nggak nyambung Wan!)

Oh.. Ikhwan
Jarang banget yang mata duitan
Demi dakwah, hati ikhlas tanpa harap imbalan
Walau kerasa, nih perut keroncongan
( Laporan aja Wan! Sama anggota dewan)

Oh.. Ikhwan
Anehnya kalau lagi jalan
Ngukurin tanah ape nyari duit jatoh sih wan?
Ooohh.. ternyata dia lagi jaga pandangan!!
Hati-hati Wan, awas nginjek gituan!!

Ikhwan… ikhwan….
Lucunya kalo ada akhwat berpapasan
Langsung minggir! Nunduk, acuh tak acuh kaya musuhan
( Gubrak..!! Suara apaan tuh Wan? )
Eh.. si ukhti jatuh, kagak ngeliat ada selokan

Ikhwan… ikhwan…
Uniknya kalo lagi rapat gabungan
Pake pembatas alias hijab biar nggak bisa lirik-lirikan
Sering juga rapatnya peke SMSan
Kadang SMSnya malem2 sambil bangunin tahajudan
Upppss.. Yang ini cuma sesama ikhwan kan..??

Oh.. Ikhwan
Badannya ade yang keker mirip binaragawan
Oh ternyata dia instruktur kepanduan
Biar di keroyok sama pereman
Kagak bakal panggil bantuan
( Abis.. udah ga bisa lari sih Wan! )

Oh.. Ikhwan
Jarang juga yang suka jajan
Mendingan nabung buat masa depan
Sekarang duitnya sudah banyak dalam celengan
(Eh, itu utang dibayar dulu Wan!)

Oh.. Ikhwan
Merasa sepi di tengah keramaian
Merindukan hadirnya bidadari penyemangat iman
Temen sekosan terasa sudah membosankan
Ditambah bisikan-bisikan setan yang kedengeran
Hemmm.. Istigfar Wan!

Oh.. Ikhwan
Pengen dapet istri yang wajahnya mirip artis di iklan
Yang nggak malu-maluin kalo diajak kondangan
Terus mulutnya yang nggak rame kaya petasan
Tiap 3 hari khatam Al Quran
Kelompok yang dibina udah lebih dar 20an
Setia sampe mati dan nggak mata duitan
Dan… setuju aja kalau suami mau cari istri tambahan

Oh.. Ikhwan
Tapi, seringnya harapan tidak sesuai kenyataan
Abis, nyari istri yang sempurna gitu kan kagak gampangan!
Apalagi kalo modalnya serba pas-pasan
Ya.. Murobbi juga nyariinnya bakal itung-itungan
Sabar deh Wan! Percaya aja sama yang Maha Rahman!

Oh.. Ikhwan
Nggak sengaja, liat ukhti minta bantuan
Jatoh dari motor masuk paretan
Hati berdebar mungkin ada harapan
Eeehh… taunya si Ukhti istrinya temen satu Liqo’an
(Gubrak..!! sungguh kasihan )

Huuhh… Dasar Ikhwan!!
Afwan ya Wan! Cuma mainan
yang nulis juga ikhwan…^^

Sumber: Catatan Pukis Senja (Dikutip Dari: Ust. Fathur Rahman)

Rabu, 16 Juni 2010

7 Hari Yang Telah Lalu,, Akankah Bisa Kembali Lagi,,


Hari per-1, tahajudku tertinggal, dan aku begitu sibuk akan duniaku hingga dzuhurku aku selesaikan saat ashar mulai memanggil. Dan sorenya kulewati saja masjid yang mengumandangkan adzan maghrib, dengan niat kulakukan bersama isya' , itupun terlaksana setelah acara tv selesai .

Hari ke-2, tahajudku tertinggal lagi, dan hal yang sama aku lakukan sebagaimana hari pertama .

Hari ke-3, aku lalai lagi akan tahajudku, temanku memberi hadiah novel best seller yang tebalnya lebih dari 200 halaman, namun dalam waktu tidak lebih dari 1 hari aku telah selesai membacanya . Tapi... enggan sekali aku membaca Al-qur'an walau cuma 1 juz. Al-qur'an yang 114 surat, hanya 1-2 surat yang kuhapal itupun dengan terbata-bata . Tapi... ketika temanku bertanya tentang novel tadi betapa mudah dan lancarnya aku menceritakannya .

Hari ke-4, kembali aku lalai lagi akan tahajudku. Sorenya aku datang ke selatan Jakarta dengan niat mengaji, tapi kubiarkan ustadzdku yang sedang mengajarkan kebaikan, kubiarkan ustadzku yang sedang mengajarkan panjang lebar tentang agamaku, aku lebih suka mencari bahan obrolan dengan teman yang ada disamping kiri & kananku, padahal ba'da maghrib tadi betapa sulitnya aku merangkai kata- kata untuk kupanjatkan saat berdoa.

Hari ke-5, kembali aku lupa akan tahajudku. Kupilih shaf paling belakang dan aku mengeluh saat imam sholat jum'at kelamaan bacaannya, padahal betapa dekat jaraknya aku dengan televisi dan betapa nikmat, serunya saat perpanjangan waktu sepak bola favoritku tadi malam .

Hari ke-6, aku semakin lupa akan tahajudku. Kuhabiskan waktu di mall & bioskop bersama teman-temanku, demi memuaskan nafsu mata & perutku sampai puluhan ribu tak terasa keluar . Aku lupa.. waktu di perempatan lampu merah tadi saat wanita tua mengetuk kaca mobilku, hanya uang dua ratus rupiah yang aku berikan itupun tanpa menoleh .

Hari ke-7, bukan hanya tahajudku tapi shubuhku pun tertinggal. Aku bermalas-malasan di tempat tidurku menghabiskan waktu. Selang beberapa saat dihari ke-7 itu juga aku tersentak kaget mendengar khabar, bahwa temanku kini telah terbungkus kain kafan padahal baru tadi malam aku bersamanya & sepertiga malam tadi dia dengan misscall-nya mengingatkan aku tentang tahajud.

Kematian.... kenapa aku baru gemetar mendengarnya? Padahal dari dulu sayap-sayapnya selalu mengelilingiku dan dia bisa hinggap kapanpun dia mau.

Seperempat abad lebih aku lalai.... dari hari ke hari, bulan dan tahun
Yang wajib jarang aku lakukan apalagi yang sunnah
Kurang mensyukuri walaupun KAU tak pernah meminta

Berkata kuno akan nasehat kedua orang tua
Padahal keringat & airmatanya telah terlanjur menetes demi aku

Duhai Allah, andai ini merupakan satu titik hidayah.....walaupun imanku belum seujung kuku .... aku hanya ingin detik ini hingga nafasku saat nanti tersisa, tahajud dan sholatku meninggalkan bekas saat aku melipat sajadahku.....

( Sumber: Catatan Topan Handrian )

Kisah Aku dan Keong


Hari ini aku diberi tugas, yaitu membawa keong jalan-jalan. Aku tak dapat jalan terlalu cepat, Keong sudah berusaha keras merangkak, setiap kali hanya beralih sedemikian sedikit.

Aku mendesak, menghardik, memarahinya, Keong memandangku dengan pandangan meminta-maaf, serasa berkata : "aku sudah berusaha dengan segenap tenaga..."
Aku menariknya, menyeret, bahkan menendangnya, Keong terluka. Ia mengucurkan keringat, nafas tersengal-sengal, merangkak ke depan.

Sungguh aneh, mengapa Tuhan Menghendaki ku mengajak seekor keong berjalan-jalan?
Ya Tuhan! Mengapa? Langit sunyi-senyap...

Biarkan saja keong merangkak di depan, aku kesal di belakang. Pelankan langkah, tenangkan hati...

Ohh? Tiba-tiba tercium aroma bunga, ternyata ini adalah sebuah taman bunga. Aku rasakan hembusan sepoi angin, ternyata angin malam demikian lembut. Ada lagi! Aku dengar suara kicau burung. Aku lihat langit penuh bintang cemerlang. Oh? Mengapa dulu tidak rasakan semua ini? Barulah aku teringat, mungkin aku telah salah menduga!

Ternyata Tuhan meminta Keong menuntunku jalan-jalan sehingga aku dapat mamahami dan merasakan keindahan taman ini yang tak pernah kualami kalau aku berjalan sendiri dengan cepatnya.

"He's here and with me for a reason"

Saat bertemu dengan orang yang benar-benar engkau kasihi, haruslah berusaha memperoleh kesempatan untuk bersamanya seumur hidupmu. Karena ketika dia telah pergi, segalanya telah terlambat.

Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya.Karena seumur hidup manusia, teman sejati tak mudah ditemukan. Saat bertemu penolongmu, ingat untuk bersyukur padanya. Karena ia lah yang mengubah hidupmu.

Saat bertemu orang yang pernah kau cintai, ingatlah dengan tersenyum untuk berterima-kasih. Karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang kasih.
Saat bertemu orang yang pernah kau benci, sapalah dengan tersenyum.

Karena ia membuatmu semakin teguh.
Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu, baik-baiklah berbincanglah dengannya. Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini.
Saat bertemu orang yang pernah diam-diam kau cintai, berkatilah dia.

Karena saat kau mencintainya, bukankah berharap ia bahagia?
Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu, berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu. Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu.

Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu, gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya. Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan.

Saat bertemu orang yang saat ini menemanimu seumur hidup, berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu. Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati.

Sumber: Catatan Pukis Senja (Buku 18 Wisdom & Success - ANDRIE WONGSO)

Senin, 14 Juni 2010

Kata-Kata Bijak Tentang "Cinta"


Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.~ Mahatma Ghandi

Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.

Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”

Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.

Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.

Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.

Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.

Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.

Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu.

Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka

Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.

Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.

Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahawa pada akhirnya menjadi tidak bererti dan kamu harus membiarkannya pergi.

Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping.
Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.

Tuhan ciptakan 100 bahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bahagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.

Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinggalah kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi.

Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.

Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta !

Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.

Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka

Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengubati segala luka di hati orang yang mendengarnya.

Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.

Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.

Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.

Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan.

(Kutipan dari: Catatan Nastassja Ferdianty)

Sabtu, 12 Juni 2010

Cerpen Islami: " Sandal Jepit Isteriku " ^_^v


Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh, betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini, makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin tak ketulungan.

"Ummi... Ummi, kapan kamu dapat memasak dengan benar? Selalu saja, kalau tak keasinan, kemanisan, kalau tak keaseman, ya kepedesan!" Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu.

"Sabar Bi, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul? Ucap isteriku kalem.

"Iya. Tapi Abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini!" Jawabku masih dengan nada tinggi.

Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya merebak.

*******

Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan baiti jannati di rumahku. Namun apa yang terjadi? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah. Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta-pora di dapur, dan cucian, wouw! berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan deterjen tapi tak juga dicuci. Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada.

"Ummi... Ummi, bagaimana Abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini?" ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Ummi... isteri sholihah itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah?"

Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. "Ah...wanita gampang sekali untuk menangis," batinku. "Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihah? Isteri shalihah itu tidak cengeng," bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai.

"Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang Ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja, jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali," ucap isteriku diselingi isak tangis. "Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda..." Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.

Hamil muda?!?! Subhanallah … Alhamdulillah…

********

Bi..., siang nanti antar Ummi ngaji ya...?" pinta isteriku. "Aduh, Mi... Abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?" ucapku.
"Ya sudah, kalau Abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan," jawab isteriku.
"Lho, kok bilang gitu...?" selaku.
"Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa," ucap isteriku lagi.

"Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja," jawabku ringan.

*******

Pertemuan dengan mitra usahaku hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai. Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. "Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu," aku membathin.

Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Kuperhatikan ada inisial huruf M tertulis di sandal jepit itu. Dug! Hati ini menjadi luruh. "Oh....bukankah ini sandal jepit isteriku?" tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana-mana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus.

"Maafkan aku Maryam," pinta hatiku.

"Krek...," suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berabaya gelap dan berjilbab hitam melintas. "Ini dia mujahidah (*) ku!" pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri.

Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku. Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: "Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya."

Sedang aku? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terzalim!

"Maryam...!" panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia.

"Abi...!" bisiknya pelan dan girang. Sungguh, baru kali ini aku melihat isteriku segirang ini.
"Ah, betapa manisnya wajah istriku ketika sedang kegirangan… kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?" sesal hatiku.

******

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. "Alhamdulillah, jazakallahu...," ucapnya dengan suara mendalam dan penuh ketulusan.

Ah, Maryamku, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud (**) dan 'iffah (***) sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku?

(Oleh : Yulia Abdullah)

Kisah Seorang Pendoa


Ketika kumohon kepada Allah kekuatan

Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat


Ketika kumohon kepada Allah kebijakan

Allah memberiku masalah untuk kupecahkan


Ketika kumohon kepada Allah kesejahteraan

Allah memberiku akal untuk berfikir


Ketika kumohon kepada Allah ketentraman

Allah memberiku kondisi bahaya untuk kuatasi


Ketika kumohon kepada Allah sebuah cinta

Allah memberiku orang-orang bermasalah untuk kutolong


Ketika kumohon kepada Allah bantuan

Allah memberiku kesempatan


Aku tidak pernah menerima apa yang kupinta

Tapi aku menerima segala apa yang kubutuhkan

Doaku terjawab sudah.....


(Dari Pak Fauzi,, Saat Kuliah)

Tekad Seorang Muslim



Aku adalah seorang muslim yang merupakan bagian dari umat terbaik, dengan demikian aku telah ditakdirkan Allah menjadi yang terbaik


Aku akan berusaha mewujudkan hal itu dengan mempergunakan waktu sebaik mungkin dan mengisinya dengan hal yang bermanfaat


Aku akan terus berusaha meningkatkan kemampuanku agar diriku bisa mandiri dan berguna bagi orang lain.


Aku akan mengisi hidupku dengan penuh makna


Aku tidak ingin hidupku biasa – biasa saja.


Aku sanggup lebih dari itu, “Karena Aku Seorang Muslim”

Kisah Anak Kerang (Dari Biasa Menjadi Luar Biasa)

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. "Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata, "Tuhan tidak memberikan pada kita bangsa kerang sebuah tanganpun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu. Sakit sekali, Ibu tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam."

"Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat", kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerangpun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang ditengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya.

Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakitpun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya setelah sekian tahun lamanya, sebutir mutiara besar, indah, utuh mengkilap, dan berharga mahal-pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara, air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

Cerita diatas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan "Kerang Biasa" menjadi "Kerang yang Luar Biasa." Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "Orang Biasa" menjadi "Orang Luar Biasa!!"

Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi `kerang biasa' yang disantap orang, atau menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara'. Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja'.

So...Sahabat Muda, mungkin saat ini kamu sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka karena orang-orang disekitar kamu. Cobalah untuk tetap tersenyum dan katakan dalam hatimu, "Aku tak ingin hidupku biasa – biasa saja, Aku sanggup lebih dari itu, karena Aku Seorang Muslim.”

(Kiriman dari seorang sahabat)

Jumat, 11 Juni 2010

Kisah Dua Tukang Sol


Mang Udin, begitulah dia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol. Pagi buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan istrinya yang berharap, nanti sore hari mang Udin membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri jalan sambil berteriak menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.

Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak dia hiraukan.

Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.

“Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?” kata mang Udin memulai percakapan.

“Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Soleh.

“Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.” kata mang Udin memelas.

“Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”

“Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit kesal.

“Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.

“Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur.

“Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat pikulannya.

Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah “mampir” ke tempat shalat.

“Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.”

Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata letak masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut.

Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,

“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.”

Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata,

“Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya.”

“Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum.

“Abang yakin?”

“Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan.

“Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh harap.

“Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk berpisah.

Keesokan harinya, mereka bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa.

“Apa kabar mang Udin?”

“Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata mang Udin setengah menyalahkan.

Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata,

“Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah.”

“Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran.

“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang lagi.

Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda. Mang Udin yang berhari-hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan lagi,

“Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum. Apa saran abang tidak cocok untuk saya?”

“Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum kuat atas pertolongan Allah. Coba renungkan, sejauh mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?” jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum.

Mang Udin cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia “hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh bang Soleh.

“Bagaimana supaya yakin Bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar.

Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan.

“Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang Soleh.

“Tidak.”

“Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin dapat rezeki bisa makan bersama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak menyangka Allah akan menolong kita, karena kita sebenarnya tidak berharap. Kita tidak berharap, karena kita tidak yakin.”

Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum.

“OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya yakin. Allah sebenarnya sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih abang.” kata mang Udin, matanya terlihat berkaca-kaca.

“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan bersyukur kepada Allah.”

Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimis bahwa hidup akan lebih baik.

(Sumber : www.motivasi-islami.com )

Tobat Sekarang atau Malu Kemudian !!


Semalam seorang sahabat saya mampir ke rumah. Setelah hampir setengah jam berbincang, tiba-tiba ia menangis. Beberapa bulir air matanya tak sanggup lagi ia tahan, sementara selaut tangis-nya siap tumpah dari kubang matanya yang sudah banjir. Hanya satu yang membuat ia menangis, bahwa ia menyesal pernah melakukan kesalahan di masa lalu dan kini ia merasa takut aib dan keburukan masa lalunya itu kelak akan diketahui orang lain, termasuk calon istrinya kelak.

Saya mencoba tersenyum menanggapi tangisnya, dan tentu saja saya tak perlu ikut-ikutan menangis. Sahabat saya itu tak pernah tahu, dan semoga takkan pernah tahu bahwa orang yang dihadapannya, yang menjadi tempatnya bertanya, yang selalu siap menampung keluh kesah sahabatnya ini, dahulu juga pernah menangis. Dengan air mata yang sama, dengan rasa bersalah yang sama, dan penyesalan yang sama dalamnya.

Duhh, sungguh saya ingin juga menangis jika mengingat masa lalu. Dan kalau mau jujur, mungkin semua manusia di muka bumi ini juga akan menangisi dosanya yang masih berlangsung saat ini. Sungguh, betapa Allah masih berkenan tak menunjukan semua aib kita itu dihadapan orang lain. Mungkin, jika sahabat saya itu tahu bahwa di masa lalu saya tak lebih baik darinya, ia takkan pernah mengadukan keluhnya.

Pernahkah kita sadar betapa Allah begitu baik menutupi segala aib, keburukan, dosa, kesalahah kita di masa lalu, sehingga orang-orang yang tak semasa saat itu tak tahu dan bahkan tak perlu tahu apa yang pernah membuat kita begitu nista? Atau bahkan di saat ini, ketika teramat sering perilaku memalukan sering tersimpan rapi di balik wajah kehormatan, di balik pakaian kebaikan sehari-hari di hadapan orang lain? Begitu besarnya kebaikan Allah menyimpan semua aib kita, sehingga tak semua orang tahu sisi lain diri kita.

Sepatutnya kita bersyukur Allah tak membuka aib kita kepada para tetangga, mereka hanya tahu kita warga yang baik, rajin ke masjid, aktif di lingkungan. Mungkin tetangga tak pernah tahu sedikit banyak aib yang kita lakukan di luar sepengetahuan mereka. Allah juga berkenan tak membuka aib seorang suami di hadapan istrinya, ketika ia berada di kantor atau di luar rumah. Dia juga tak serta-merta membuka aib istri saat suami sedang di kantor. Allah yang Maha Mengetahui juga menjaga agar teman sekantor tak tahu apa yang dilakukan teman di meja sebelahnya, di balik lacinya. Dia mengunci rapat-rapat celah yang memungkinkan seorang bawahan mendengar dan tahu banyak kesalahan yang dilakukan atasannya. Dia yang tak pernah iseng membeberkan keburukan seorang guru di hadapan muridnya, menelanjangi seseorang dengan kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat di depan orang yang mengaguminya. Sungguh, Allah begitu santun menyimpan semua aib dan keburukan setiap hamba, meski Dia juga akan teramat mudah membukanya lebar-lebar.

Kepada sahabat itu, saya katakan bahwa yang paling pantas mendengar, menampung, memberi nasihat, dan mencarikan jalan keluar bagi masalahnya hanyalah Allah. Kepada Allah-lah kita harus mencurahkan segala masalah, ketakutan, kekhawatiran, dan semua beban seberat apa pun. “Kita hanya bisa bertobat dan mohon ampun, dan berharap Allah tetap menutupi aib kita di masa lalu,” satu pesan yang juga berlaku buat yang memberi pesan.

Kemudian bersamanya, saya membaca sebuah ayat yang semakin membuat hati saya menangis,,,
“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai...” (QS. At-Tahrim: 8)

Sebagai manusia, mungkin kita tak pernah luput dari berbuat kesalahan, sekecil apa pun itu. Kata kunci yang selalu saya pegang, “Mohon ampun sekarang juga atau siap-siap Allah membuat saya malu di hadapan orang lain karena aib saya yang terbuka.”

Subhanallah, walhamdulillah

(Oleh: Bayu Gawtama)

Sabtu, 29 Mei 2010

Lelaki Sebelas Amanah


Sore kemarin, hujan teramat deras hingga lepas maghrib. Janji untuk mengajak anak-anak keluar membeli makanan kecil pun tertunda hingga malam menjelang. Hujan masih rintik-rintik ketika saya dan kedua anak saya keluar rumah. Sementara anak-anak saya ceria mencari bintang, saya terlibat obrolan mengasyikan dengan bapak pengayuh becak yang akan mengantar kami ke tempat membeli makanan.

“Anaknya berapa, Pak?” tanya bapak separuh baya itu. “Sementara dua dulu, Pak. Ini pun saya kerepotan,” jawab saya sambil menoleh, tampaklah wajah tegar yang menyimpan banyak pengalaman. “Wah, dua sih belum repot, Pak. Anak saya sepuluh….”

Tertegun hati ini, kembali saya menoleh untuk menatap lebih lama wajah yang baru saja menerangkan bahwa anaknya sepuluh. Di benak saya, hanya terlukis angka “10” terus-menerus memutari seluas jagad benak ini. Hati pun bertanya, “Sepuluh?” Saya bukan tidak percaya dengan kata-katanya yang tampak jujur, justru saya tidak yakin akan kesanggupan saya jika saya diberi amanah sebanyak itu, yang jika ditambah satu istri berarti ada sebelas amanah.

Mengayuh becak seharian penuh sejak pagi masih menggeliat hingga malam ketika orang seperti saya beranjak ke alam mimpi, sungguh tak pernah masuk akal saya untuk bisa menanggung amanh seberat itu.. Malu juga saya ketika mengatakan, “Baru dua, Pak. Ini juga sudah kerepotan.” Padahal, setelah saya mengucapkan kalimat itu, langsung disambar pernyataan dari bapak pengayuh becak yang seolah-olah menganggap saya ini cengeng, lemah dan bukan lelaki. Ya, karena anaknya sepuluh, tapi tak ada satu kalimat pun darinya tentang repotnya mengurus anak.

Dalam perjalanan kembali ke rumah, saya tergumam, seorang guru lagi saya temukan malam ini. Anak-anak tetap pada keceriaannya menghitung bintang begitu rintik berhenti, sementara saya terus dibuat tertegun oleh ucapan dan petuah lelaki pengayuh becak itu. “Anak-anak itu amanah dari Gusti Allah, Pak. Dia tidak akan mengamanahkannya kepada kita kalau Dia tidak tahu kemampuan kita. Dia tahu persis bahwa lelaki seperti kita mampu dititipkan amanah.” Kakinya memang mengayuh becak, tapi lidahnya tak henti bertutur indah.

“Malu rasanya kalau kita mengeluh dititipkan amanah ini, wong Gusti Allah pun tahu kemampuan kita toh…” Ya, malu juga saya terhadap bapak. Anehnya, beraninya saya bertanya soal rezeki, “Setiap amanah itu memang ada imbalannya, Pak. Lha seperti bapak menumpang becak saya ini. Bagi saya, bapak dan anak-anak ini, adalah amanah saya selama masih di atas becak saya. Tanggung jawab saya adalah mengantarkan ke tempat tujuan, soal saya harus kehujanan dan besoknya sakit, itu bagian dari resiko saya menanggung amanah. Imbalannya, ya setelah bapak turun pasti ngasih uang toh ke saya?”

Lama saya merenungi kalimatnya, serasa tidak yakin kalimat itu keluar dari bapak tua pengayuh becak. Saya seperti baru saja ditampar-tampar yang menyadarkan diri bahwa Allah tak pernah berdiam diri untuk setiap amanah dan tanggung jawab kemanusiaan yang kita jalani sebaik-baiknya, sesuai dengan anjuran-Nya.

Sampailah saya di rumah, entah seberapa banyak anak-anak saya menghitung jumlah bintang yang sebenarnya hanya terlihat sedikit itu karena baru saja turun hujan. Sama seperti saya yang tak tahu harus membayar berapa kepada bapak pengayuh becak ini untuk pelajarannya malam ini.

”Jika setiap tempat adalah sekolah, maka setiap orang adalah guru.”

(Oleh: Bayu Gawtama)

Kamis, 27 Mei 2010

Mengapa Kita Gagal !!!


Setiap manusia selalu mencari kesuksesan. Dan tidak pernah mempersiapkan diri untuk suatu kegagalan. Sehingga ketika kegagalan datang, kita suka minta ampun dan takut mencoba lagi. Padahal suka atau tidak, kita selalu dihadapkan pada kegagalan.

Mungkin kisah kera dibawah ini dapat membuat kita merenungi sebuah kegagalan.
Suatu hari ditepi sebuah hutan, seekor kera tengah memperhatikan rombongan Pangeran yang sering pergi berburu dengan menunggang kuda. Kera yang melihat kegagahan pangeran itu saat menunggang kuda menjadi ingin bertukar tempat dengannya untuk merasakan sensasi gagah seperti sang Pangeran.

Keinginan itu sampai terbawa mimpi. Dalam mimpinya, kera itu melihat kandang kuda istana yang bagus dan bersih. Disana kera itu melihat kuda Pangeran. Dengan mengendap dibukanya pintu kandang dan menaiki punggung kuda itu dengan lincahnya. Ketika melihat pintu terbuka dan merasakan hentakan berat di atas punggungnya, spontan kuda itu melangkah keluar kandang dan berlari pelan. Karena kaget, kera itu memegang erat – erat surai kuda dan berteriak – teriak ketakutan.

Namun kuda itu ternyata salah paham. Teriakan kera dan tarikan pada surainya itu diartikan kuda sebagai perintah untuk memperkencang larinya. Kuda itu pun segera mempercepat larinya. Di bawah guncangan yang kuat dan meliuk – liuk, kera itu pun tidak bisa mempertahankan keseimbangan badannya dan jatuh ke sumur yang dangkal.

Setelah pulih dari rasa sakit dan kaget, kera kembali berteriak untuk minta tolong dikeluarkan dari lubang sumur. Sebentar kemudian datanglah serombongan kera melongokkan kepalanya ke dalam sumur. Kemudian mereka pun memberikan bantuan kepada kera itu. Setelah dapat keluar dari sumur, kera itu berterima kasih dan menceritakan hal ikhwal mengapa dia sampai terjatuh ke dalam sumur itu. Selesai menceritakan kejadian itu kera itu pun menyesali perbuatannya. Dan tidak mau lagi menunggang kuda seumur hidupnya.

Mendengar cerita sang kera muda, lalu salah satu kera tua yang ada dalam kawanan itu berkata bahwa jatuh memang menyakitkan namun bukan berarti di kemudian hari kita tidak jatuh lagi. Kita akan tetap merasakan jatuh, entah kapan dan darimanapun. Namun yang penting adalah bagaimana kita dapat mengambil pelajaran dari kejatuhan kta itu. Jika kita mau belajar untuk tahu kenapa kita bisa jatuh, maka kita tidak perlu mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari.

Manusia semasa kecil belajar berjalan dan tidak peduli berapa kali terjatuh yang bahkan terkadang membuat kita sakit dan menangis, tapi secara alami kita pasti akan bangkit lagi. Melalui proses jatuh bangun maka manusia bisa berjalan dan berlari seperti halnya sekarang. Namun sayangnya kenapa setelah dewasa ketika manusia memiliki kesadaran dan jauh lebih pandai, namun saat jatuh atau gagal kita begitu takut untuk bangkit lagi.

Semasa muda kita butuh belajar untuk mengenal lebih dekat sifat kegagalan. Kegagalan adalah vitamin kesukseskan. Tiada orang besar di dunia ini yang bisa sukses tanpa kegagalan. Orang sukses mampu mengetahui mengapa mereka gagal sekaligus siap untuk memperbaiki dan berani beruang lagi demi meraih kesuksesan atas apa yang menjadi cita – cita besar mereka. Marilah kita biasakan diri untuk berani menghadapi kegagalan dan ketahui alasan mengapa kita gagal. Dapatkan jawabannya, tetapkan target dan cari cara yang paling efektif untuk menjadi pemenang sejati.

”Kegagalan merupakan kesempatan untuk memulai kembali dengan cara yang lebih Cerdas.” (Henry Ford)

(Sumber: http://radiosmartfm.com)

Jumat, 21 Mei 2010

Take It or Lose It


Dalam sebuah kelas pelatihan, saya mengambil selembar kertas polos kemudian menggunting-guntingnya menjadi beberapa bagian. Ada guntingan besar, ada juga yang kecil. Tapi jumlahnya sengaja saya buat tak sama dengan jumlah peserta dalam kelas itu, dua puluh orang.

Kemudian saya meminta kepada peserta untuk mengambil masing-masing satu guntingan kertas yang tersedia di meja depan. "Silahkan ambil satu!" demikian instruksi yang saya berikan. Dapat diduga, ada yang antusias maju dengan gerak cepat dan mengambil bagiannya, ada yang berjalan santai, ada juga yang meminta bantuan temannya untuk mengambilkan. Dua tiga orang bahkan terlihat bermalasan untuk mengambil, mereka berpikir toh semuanya kebagian guntingan kertas tersebut.

Hasilnya? Empat orang terakhir tak mendapatkan guntingan kertas. Delapan orang pertama ke depan mendapatkan guntingan besar-besar, yang berjalan santai dan yang meminta diambilkan harus rela mendapatkan yang kecil. Lalu saya katakan kepada mereka, "Inilah hidup. Anda ambil kesempatan yang tersedia atau Anda akan kehilangan kesempatan itu. Anda tak melakukannya, akan banyak orang lain yang melakukannya".

Pagi ini di kereta saya mendapati seorang wanita hamil yang berdiri agak jauh. Saya sempat berpikir bahwa orang yang paling dekat lah yang 'wajib' memberinya tempat duduk. Tapi sedetik kemudian saya bangun dan segera memanggil ibu itu untuk duduk. Ini perbuatan baik, jika saya tak mengambil kesempatan ini, orang lain lah yang melakukannya. Dan belum tentu esok hari saya masih memiliki kesempatan seperti ini.

Soal rezeki misalnya, saya percaya ia tak pernah datang sendiri menghampiri orang-orang yang lelap tertidur meski matahari sudah terik. "Bangun pagi, rezekinya dipatok ayam tuh!" Orang tua dulu sering berucap seperti itu.

Dan entah kenapa hingga detik ini saya tak pernah bisa menyanggah ucapan orangtua perihal rezeki itu. Saya percaya bahwa orang-orang yang lebih cepat berupaya meraihnya lah yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan rezeki yang lebih banyak. Sementara mereka yang bersantai-santai atau bahkan bermalas-malasan, terdapat kemungkinan kehabisan rezeki.

Contoh kecil, datanglah terlambat dari jam kantor Anda yang semestinya. Perusahaan tidak hanya akan mengurangi gaji Anda akibat keterlambatan Anda, bahkan kinerja Anda dianggap minus dan itu mempengaruhi penilaian perusahaan terhadap Anda. Bisa jadi Anda tidak mendapatkan promosi tahun ini, sementara rekan Anda yang tak pernah terlambat lebih berpeluang.

Saya sering mendengar teman saya berkomentar negatif tentang apa yang dikerjakan orang lain, "Ah, kalau cuma tulisan begini sih saya juga bisa melakukannya" atau "Saya bisa melakukan yang lebih baik dari orang itu". Kepadanya saya katakan, saya yakin Anda bisa melakukannya. Masalahnya, sejak tadi saya hanya melihat Anda terus berbicara dan tak melakukan apapun. Sementara orang-orang di luar sana langsung berbuat tanpa perlu banyak bicara. Buktikan, jika Anda sanggup! Terus berbicara dan mengomentari hasil kerja orang lain tidak akan membuat Anda diakui keberadaannya. Hanya orang-orang yang berbuatlah yang diakui keberadaannya.

Kepada peserta di kelas pelatihan tersebut saya jelaskan, simulasi tadi juga berlaku untuk urusan ibadah. Saya tidak berhak mengatakan bahwa orang yang lebih tepat waktu akan mendapatkan pahala lebih besar, karena itu hak Allah dan juga tergantung dengan kualitas ibadahnya itu sendiri. Tapi bukankah setiap orang tua akan lebih menyukai anaknya yang tanggap dan cepat menghampiri ketika dipanggil ketimbang anak lainnya yang menunda-nunda? Jika demikian, buatlah Allah suka kepada Anda. Karena suka mungkin saja awal dari cinta. Semoga.

Oleh : Bayu Gautama

Minggu, 02 Mei 2010

Berani Hidup, Berani Berubah, Berani Sukses !!!


”BERANI ADALAH SEBUAH PILIHAN”
Berani merupakan bagian dari naluri mempertahankan diri
Berani itu perlu perhitungan, bukan “bonek”
Berani itu “do something”
Tidak berani berarti “do nothing”
Jadi : Berani hidup harus berani berubah !!

”PERUBAHAN ITU KENISCAYAAN”
Semua di dunia ini terus berubah, semakin lama perubahan itu semakin cepat
Satu-satunya yang tidak berubah hanyalah perubahan itu sendiri
Perubahan menuju perbaikan adalah langkah awal menuju sukses . . .

“SUKSES PERLU PERJUANGAN”
Sukses tidak turun dari langit
Sukses bukan sesuatu yang instant
Jalan menuju sukses adalah jalan mendaki, bukan jalan menurun
Sukses dimulai dari mencari tantangan dengan berani berubah !!
Percayalah : Anda ditakdirkan untuk sukses !!

“PERJUANGAN ITU TIDAK GAMPANG”
Perjuangan selalu menghadapi AHTG :
Ancaman
Hambatan
Tantangan
Gangguan
AHTG berfungsi mematangkan proses menuju sukses,,
Kalau Anda merasa menghadapi kesulitan dalam memperjuangkan kesuksesan,
berarti Anda sudah berada di jalan yang benar menuju sukses . . .

“MASALAH ADALAH BAGIAN DARI PERJUANGAN”
Orang cerdas adalah orang yang memandang masalah sebagai suatu “Tantangan” untuk diselesaikan . . .
Di balik setiap masalah ada kemudahan,, satu masalah = dua kemudahan,,
Masalah merupakan “Mata Kuliah” dalam “Universitas Kehidupan”
Jadi : Jangan merasa senang kalau tidak mempunyai masalah . . .

“BEDA ORANG SUKSES DAN ORANG GAGAL”
Orang gagal terlalu cepat menyerah
Orang sukses pantang menyerah sebelum cita-citanya terwujud !!!
Orang Sukses adalah orang yang memutuskan untuk sukses dan ”Mengerjakannya!! …” Sementara Orang Gagal adalah orang yang memutuskan untuk sukses tetapi hanya ”Mengharapkannya” . . .

Jadi,, Beranilah Berubah untuk Sukses . . . !!! Smgt Sobat ^_^


(Dikutip dari: “imammustofa.blog.unair.ac.id” dengan sedikit penambahan)

Hidup Serius tapi Santai


Dalam kehidupan, setiap pribadi pasti punya kisah tragis, bahkan mungkin sempat kalah dan putus asa. Tapi banyak juga pribadi yang mampu mengatasi masa-masa sulit dan menjadikannya sebagai pelajaran penting. Bahkan mungkin menjadi titik balik untuk memberikan pencerahan orang lain.

Ada suatu saat kehidupan kita dilanda ujian dan musibah susul menyusul. Semua pintu tampaknya tertutup, bahkan sercecah angin optimisme pun susah di dapat. Buntu, bingung, sedih, kelam. Dalam saat-saat sulit seperti itu diperlukan kekuatan jiwa dan iman. Mereka yang jiwanya mudah tergulung oleh kesulitan, mudah pula ter goda untuk menempuh jalan pintas yang terlarang karena putus asa. Padahal, Allah melarang hamba-nya berputus asa.

Ketika musibah menimpa, bencana melanda dan tragedi terjadi, dari mulut kita akan sering terucap, "Ya Allah." Ketika pintu seolah permohonan tertutup, kita mendesah, "Ya Allah." Ketika dengan segala cara seakan kita tak mampu menyelesaikan masalah, kita pun berucap,"Ya Allah." Ketika jiwa terkena oleh beban berat kehidupan,dan jalan menuju harapan seolah buntu, yang terucap dari bibir kita, "Ya Allah."

Siapakah yang berhak menjadi tempat mengadu bagi orang yang dilanda kegelisahan, kesempitan, kesulitan, dan kesedihan? Kepada siapakah mereka harus memohon pertolongan? Siapakah yang layak menjadi tempat bergantung, memohon, dan meratap bagi semua mahluk? Siapakah yang berhak menjadi gantungan hati dan di ucapkan oleh lidah manusia ? Tak lain hanyalah Allah, yang tiada Ilah selain Dia. Hal ini selaras dengan firman Allah yang menegaskan bahwa hanya Dia yang memperkenankan doa orang yang berada dalam kesulitan bila ia berdoa kepadaNya (QS An- Naml:62).

Kemampuan melihat celah dan sisi terang suatu peristiwa kelam adalah cara berpikir positif yang harus di latih. Mengapa kita meratapi susu yang sudah tumpah? Bukanlah lebih berharga membuatnya kembali? Ketika haus mendera dan semua orang berlomba mendapatkan air minum, lalu Anda hanya kebagian seperempat gelas sedangkan yang lain bergelas-gelas, ucapkanlah syukur alhamdulillah, sebab Anda masih mendapatkannya. Betapa banyak orang yang tidak kebagian dan tidak bisa minum.

Kehidupan ini memang penuh kenikmatan, banyak pilihan, penuh rupa dan warna. Namun semua bercampur baur dengan kecemasan dan kesulitan. Anda tidak pernah menjumpai seorang ayah, istri, sahabat, tempat tinggal, atau pekerjaan, yang tidak terkait dengan hal yang menyulitkan. Sesuatu yang tak jarang dapat membuat hati panas. Walau demikian jangan biarkan panasnya hati itu membara. Padamkanlah panasnya keburukan di hati dengan dinginnya kebaikan.

Dunia memang bukanlah surga, dan adat dunia berbeda dengan akhirat. Dunia penuh kontradiksi: ada yang baik ada yang buruk ada yang adil ada yang zalim. Karena itu jalanilah hidup sesuai kenyataan. Jangan larut Dalam khayalan dan kendalikan jiwa sehingga dapat menerima dan memetiknya. Sebab tak mungkin semua hal itu baik dan sempurna.

(Sumber: www.raudlotuttolabah.com)

Jadilah Seorang Lelaki yang Beriman


Jadilah seorang lelaki yang beriman,
Yang hatinya disalut rasa taqwa kepada Allah swt,
Yang jiwanya penuh penghayatan terhadap Islam,

Yang sentiasa haus dengan ilmu,
Yang sentiasa dahaga akan pahala,
Yang solatnya adalah maruah dirinya,
Yang tidak pernah takut untuk berkata benar,
Yang tidak pernah gentar untuk melawan nafsu,
Yang senantiasa bersama kumpulan orang-orang yang berjuang di jalan Allah.

Jadilah seorang lelaki,
Yang menjaga tutur katanya,
Yang tidak bermegah dengan ilmu yang dimilikinya,
Yang tidak bermegah dengan harta dunia yang dicarinya,
Yang senantiasa berbuat kebajikan kerana sifatnya yang penyayang,
Yang mempunyai ramai kawan dan tidak mempunyai musuh yang bersifat jembalang.

Jadilah seorang lelaki,
Yang menghormati ibu bapaknya,
Yang senantiasa berbakti kepada orang tua dan keluarga,
Yang bakal menjaga kerukunan rumahtangga,
Yang akan mendidik isteri dan anak-anak mendalami Islam,
Yang mengamalkan hidup penuh kesederhanaan,
Kerana dunia baginya adalah rumah sementara menuju akhirat.

Jadilah seorang lelaki,
Yang senantiasa bersedia untuk menjadi imam,
Yang hidup di bawah naungan al-Quran dan mencontohi sifat-sifat Rasulullah saw,
Yang boleh diajak berbincang dan berbicara,
Yang menjaga matanya dari berbelanja,
Yang sujudnya penuh kesyukuran dengan rahmat Allah ke atasnya.

Jadilah seorang lelaki,
Yang tidak pernah membazirkan masa,
Matanya kepenatan kerana membaca al- Quran,
Suaranya lesu kerana penat berzikir,
Tidurnya lena dengan cahaya keimanan,
Bangunnya Subuh penuh kecergasan,
Kerana sehari lagi usianya bertambah kematangan.

Jadilah seorang lelaki,
Yang senantiasa mengingat mati,
Yang baginya hidup di dunia adalah ladang akhirat,
Yang mana buah kehidupan itu perlu dibaja dan dijaga,
Agar berputik tunas yang bakal menjaga baka yang baik,
Meneruskan perjuangan Islam sebelum hari kemudian.

Jadilah seorang lelaki,
Yang tidak terpesona dengan buaian dunia,
Kerana dia memimpikan syurga Allah swt.

(Sumber : www.iLuvislam.com)

Semut Pejuang


Semut....
Ia semut
Mendaki pohon terjatuh
Mendaki lalu jatuh lagi
Tiada letih
Tiada lelah sebelum sampai tujuan

Dialah semut…
Tidak pernah mundur
Walau telah berpeluh
Jalan buntu atau berliku
Selalu maju
Tidak putus asa

Itulah semut
Sendiri tak mampu memikul
Jama'ah lalu berkumpul
Saling menanggung
Berat sama dipikul

Semutlah dia . . .
Memiliki keteguhan
Mempunyai ketetapan
Demi sebuah kesuksesan
Ridho Tuhan

(Oleh: Bang Lavie)

Bangkit . . . !!!

Ini adalah kata yang harus selalu kita ucapkan, bahkan kalau perlu kita teriakkan ketika kita mengalami kegagalan. "Bangkit!" adalah kata untuk Anda yang sedang terpuruk, untuk Anda yang sedang bersedih, untuk Anda yang sedang putus asa, untuk Anda yang sedang patah hati, dan untuk Anda yang sedang kehilangan semangat.

"Bangkit!" adalah jawaban untuk sebuah kegagalan; ketika kenyataan tidak sesuai harapan. Bukannya berhenti mencoba dan pasrah-menganggap diri sendiri sebagai orang yang gagal, tapi bangkitlah! Mulailah langkah yang baru dan terapkan determinasi diri. Kita tunjukkan keteguhan hati kita, konsisten dengan apa yang sedang kita tuju, dan tidak berhenti sebelum berhasil.

Kita mengalami kegagalan bukan untuk menjadi orang yang gagal, kecuali kita berhenti mencoba, berhenti melangkah dan menghapus mimpi indah kita. Kita gagal untuk belajar sangat banyak hal dari kegagalan itu sendiri. Kita gagal untuk bangkit lagi. Kita gagal untuk mencoba lagi. Kita gagal untuk sukses!

Tanpa kegagalan, kita akan sulit dan jarang mau menyelami diri sendiri. Mau berusaha mengenal siapa diri kita yang sesungguhnya, mengetahui kelemahan dan kelebihan diri kita yang sebenarnya unik. Dan pada akhirnya kita jadi tahu apa tujuan hidup kita yang sesungguhnya, tujuan hidup kita yang teragung. Bukan hanya menjalani hari demi hari sebagai sebuah rutinitas, tapi sebagai karya terbaik untuk kita persembahkan; tidak hanya untuk hidup di dunia ini, tapi juga untuk kehidupan yang abadi di akhirat kelak.

Bangkit! Akan menjadi kata yang indah, bahkan lebih indah dari sajak cinta Kahlil Gibran bila kita praktekkan segera setelah kita mengalami kegagalan. Bangkit! Tidak hanya dari tidur, tidak hanya dari kehancuran, tapi untuk bangkit menjadi manusia yang luar biasa. Jadi, tidak ada lagi kata putus asa di dalam kamus hidup kita !!

Orang yang tergeletak seperti orang tidur, namun tidak pernah bangkit lagi akan segera dikubur oleh orang-orang di sekitarnya. Jangan sampai kita dikubur seperti itu padahal kita masih ingin hidup seribu tahun lagi. Kita masih ingin menggapai cita-cita kita, mewujudkan impian hidup kita, dan meraih kebahagiaan kita. Selagi kita masih dianugerahi jantung yang berdetak mengalirkan darah dan paru-paru yang memompakan udara, bukankah kita sama sekali tidak pantas untuk diam terlalu lama, sedih yang berlarut-larut dan putus asa yang tiada beralasan. Jangan biarkan impian terindah kita terbawa ke alam kubur tanpa pernah menjadi kenyataan selagi kita masih menapak di atas muka bumi.

Mungkin kegagalan yang kita alami teramat menyakitkan bagi kita. Kita menganggap dunia seperti kiamat, namun lihatlah... mentari masih terbit dari ufuk timur, menebarkan kehangatannya di pagi hari dan kilau keemasannya di sore hari. Dengarlah, burung-burung masih berkicau dan kita pun masih bisa merasakan segarnya udara di pagi hari. Ternyata kegagalan itu, walaupun menyakitkan, ternyata tidak sampai membunuh kita. Yang membunuh kita adalah semangat kita yang hilang, motivasi kita yang mati.

Bangkit kembali, bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga untuk orang-orang yang kita cintai. Untuk mereka yang telah menjadi perantara kita ada di dunia ini dan mereka yang telah memberi arti bagi kehidupan kita. Apalagi Allah swt. juga tidak menyukai orang yang berputus asa dari rahmat-Nya.

Selama kita masih dikaruniai anugerah yang namanya "hidup", berarti kita masih berhak memiliki harapan, berhak bermimpi dan mewujudkan apa yang kita impikan. Jangan ijinkan harapan kita sirna hanya karena satu, dua atau tiga kali kegagalan, dan seterusnya. Banyak orang yang lebih menderita dari kita, yang dicoba dengan ujian yang lebih berat dari apa yang kita alami. Yang harus kita lakukan sekarang adalah bangkit dari kegagalan, berusaha lebih keras dan bertawakal kepada Allah SWT.

Kita juga bisa belajar dari orang-orang sukses yang telah lulus melewati masa-masa pahit, yang terus mencoba dan mencoba lagi sampai tak terhitung banyaknya. Dan mereka pun akhirnya menjadi pribadi-pribadi yang mengagumkan yang mewarnai sejarah dunia.

Yang harus kita renungkan adalah kegagalan yang dulu pernah membuat kita bersedih atau menangis pilu sebenarnya merupakan pembuka pintu sukses yang lebih besar, sukses yang sebelumnya belum pernah terbayangkan. Dan ini kembali kepada sikap kita terhadap kegagalan itu sendiri. Bukan karena orang lain, tetapi tergantung diri kita sendiri, bagaimana kita menyikapi dan memandang kegagalan. Jawaban untuk sebuah kegagalan ada dalam diri kita sendiri. Kita bebas menentukan sikap dan langkah kita selanjutnya.

Selalu ada hikmah di balik setiap kegagalan. Kita bebas memilih apakah akan mengambil pelajaran atau justru meratapinya. Kita bebas untuk memilih apakah akan memanfaatkan energi di baliknya atau justru berputus asa. Ada dua pilihan pasti yang harus kita ambil: bangkit atau menyerah. Dan menyerah adalah keputusan seorang pecundang.

Satu-satunya kegagalan adalah kegagalan untuk mencoba. Mereka yang menyerah tidak akan pernah menang.

(Oleh: Agus Riyanto)

Tentang Ayah ^_^


Ssst..tau gak siii ..? ternyata ayah itu MENAKJUBKAN!!!!

Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada
dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung
pada siapapun - dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.

Ayah hanya menyuruhmu mengerjakan pekerjaan yang kamu sukai.
Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil,
tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.
Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret.
Ayah selalu tepat janji . . .


Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun
ajakanmu untuk pergi memancing sebenarnya lebih menyenangkan.
Ayah akan tetap memasang kereta api listrik mainanmu selama
bertahun-tahun, meskipun kamu telah bosan, karena ia tetap ingin kamu
main kereta api itu.

Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain
dengan teman-teman mereka karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil
mereka.

Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil
(mengandungmu) , tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi.
Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa
meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung
di atas air setelah ia melepaskanya.

Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu
mencarinya.
Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia
tampak lucu dan menyayangi.
Ayah sulit menghadapi rambutnya yang mulai menipis....jadi dia
menyalahkan tukang cukurnya menggunting terlalu banyak di puncak
kepala . . . ^_^


Ayah akan selalu memelihara janggut lebatnya, meski telah memutih,
agar kau bisa "melihat" para malaikat bergelantungan di sana dan agar
kau selalu bisa mengenalinya.
Ayah selalu senang membantumu menyelesaikan PR, kecuali PR matematika
terbaru.
Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup
Ayah benar-benar senang membantu seseorang... tapi ia sukar meminta
bantuan.
Ayah terlalu lama menunda untuk membawa mobil ke bengkel, karena ia
merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.

Ayah di dapur. Membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah.
Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia
sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan
rumit itu.
Dan hasilnya?... .mmmmhhh..." tidak terlalu mengecewakan" ^_^

Ayah akan sesumbar, bahwa dirinyalah satu- satunya dalam keluarga yang
dapat memasak tumis kangkung rasa barbecue grill . . . ^_^
Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia
bisa belajar dengan cepat.

Ayah sangat senang kalau seluruh keluarga berkumpul untuk makan
malam...walaupun harus makan dalam remangnya lilin karena lampu mati.
Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk
membuatmu senang dan tidak takut . . .

Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu
dibahunya, ketika pawai lewat.
Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan
tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.
Ayah menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau
memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan
rasa tidak setujunya.
Ayah percaya orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal
menunggumu di depan rumah dengan sepeda tuanya, untuk mengantarkanmu
di hari pertama masuk sekolah

AYAH ITU MURAH HATI.....
Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang
kamu butuhkan.... .
Ia membiarkan orang-orangan sawahmu memakai sweater kesayangannya. ....
Ia membelikanmu lollipop merk baru yang kamu inginkan, dan ia akan
menghabiskannya kalau kamu tidak suka.....
Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin
bicara...

Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar uang sekolah mu tiap
semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa
banyak kerutan di dahinya....
Bahkan dia akan senang hati mendengarkan nasehatmu untuk menghentikan
kebiasaan merokoknya.. ..
Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya
disekeliling beban itu....

Ayah akan berkata ,, tanyakan saja pada ibumu"
Ketika ia ingin berkata ,,tidak"
Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika
anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin
Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya
kepergok menghisap rokok di kamar mandi.
Ayah mengatakan ,, tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu
sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan"

Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan
sesuatu persis seperti caranya....
Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri....
Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau
meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak
akan pernah bisa melepaskannya.

Ayah mengira seratus adalah tip..
Seribu adalah uang saku..
Gaji pertamamu terlalu besar untuknya...
Ayah tidak suka meneteskan air mata ....
ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama
kalinya, dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya
(ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis)

ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa
takutmu...ketika kau mimpi akan dibunuh monster...
tapi.....ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang
malam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabar
selama hampir satu bulan.

Kalau tidak salah ayah pernah berkata :" kalau kau ingin mendapatkan
pedang yang tajam dan berkualitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar
apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai
besinya. begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu, jika kau ingin
mendaptkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang
Menciptakannya" . . .

Untuk masa depan anak lelakinya Ayah berpesan: ”,,,Jadilah lebih kuat
dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang
lebih baik dari ibumu, berikan yang lebih baik untuk menantu dan
cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu"

Dan Untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan :" jangan cengeng
meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari
terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa
melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau
gantikan posisi Ayah di hatimu"

Ayah bersikeras, bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik
daripada kamu dulu....
Ayah bisa membuatmu percaya diri...
karena ia percaya padamu...
Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba
melakukan yang terbaik....
Dan terpenting adalah...
Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Alloh, bahkan dia akan
membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cinta-Nya, karena
diapun mencintaimu karena cinta-Nya . . .

Jazakalloh bil jannah untuk setiap peluh yang kau teteskan, untuk
setiap kerut dahimu yang tak sempat kuhitung, untuk setiap jaga
sepanjang malam ketika aku sakit dan ketika kau merindukanku, untuk
tumis kangkung paling lezat sedunia, untuk tempat duduk terbaik di
bahumu yang begitu kekar ketika aku ingin melihat pawai, untuk tetes
"air mata laki-laki "yang begitu mahal ketika kau khawatirkan aku,
untuk kepercayaanmu padaku, meski seringkali ku hianati.
Tak akan pernah bisa terbalas segalanya, kecuali dengan
.......jazakallah bil jannah, " semoga Allah mengganti semuanya
dengan syurga, semoga bisa kubayar dengan syurga yang Alloh beri,
semoga...... .."

Dan untuk semua yang sedang merindukan Ayah, ssssssssttt. ..! Tau gak
siii? Ternyata ayah itu benar-benar MENAKJUBKAN

(Dari sebuah blog poenya zahra)